Kamis, 30 Juni 2011

ITS Ceraikan PENS???

Isu hangat yang tengah berkembang di kalangan mahasiswa PENS ITS mengenai desas-desus Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) yang akan lepas dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terjawab sudah. Melalui acara Open Talk “PENS Minus ITS” yang diselenggarakan oleh himpunan mahasiswa Telekomunikasi PENS pada hari Jum’at lalu (17 Juni 2011), Bapak Arifin ST,MT selaku ketua jurusan Teknik Telekomunikasi PENS telah membenarkan kabar tersebut. Beliau memaparkan bahwa saat ini, secara institusi PENS masih ikut ITS tetapi secara akademisi PENS sudah tidak tercantum di STATUTA ITS. Hal serupa juga dialami oleh Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya(PPNS). Tapi sejauh ini PENS sudah mempunyai satuan kerja sendiri tetapi segala kegiatannya masih terikat oleh ITS (secara de-vacto). Namun secara yuridis belum ada acara perpisahan antara PENS dengan ITS.
Lalu mengapa perpisahan PENS dari ITS ini baru akan terealisasi sekarang, sementara desas-desus “perceraian” ini sudah didengar mahasiswa sejak beberapa tahun yang lalu? Nyatanya, mulai dari awal berdiri, status PENS sudah mengambang. Selama ini belum ada kejelasan, sampai rektor baru ITS yang sekarang tengah menjabat akhirnya berani melepaskan politeknik yang ada di bawah naungan ITS. Hal ini nampak dari ketiadaan PENS dalam STATUTA ITS. Jadi PENS mempunyai AD-ART sendiri dan pembiayaan sendiri. Pelepasan PENS dari ITS ini juga telah diketahui oleh Bapak Nuh (salah satu anggota Kabinet Bersatu 2) yang secara tak sengaja tengah berkunjung ke PENS beberapa hari yang lalu. Mau tidak mau, suka tidak suka PENS tetap harus lepas dari ITS, itulah hasil perbincangan Bapak Nuh dengan para petinggi PENS.
Bapak Arifin ST,MT melanjutkan bahwa pada prinsipnya PENS harus bisa mengurus dirinya sendiri. Infrastruktur yang ada tetap dipertahankan karena memang diperoleh dari bantuan JICA. Gedung D4 (gedung baru) dihibahkan karena PENS mampu menjadi kiblatnya elektronika yang mampu menciptakan lulusan yang spesifik. Kabar bahagia bahwa akan dibangun sebuah gedung baru tiga lantai di belakang gedung D3 (gedung lama) saat ini. Sementara tempat parkir mobil akan dibangun berlantai (tingkat).
Perlu kita ketahui bahwa pendidikan digolongkan menjadi tiga classter, yakni jenjang akademis (S1,S2,S3), jenjang profesi (kedokteeran, notaris), dan jenjang vokasi (D1,D2,D3,D4, Master Terapan, Doktor). Kita patut bangga karena D4 PENS merupakan D4 pertama di Indonesia dan telah diakui secara sah. D4 bukan lagi setara dengan S1, melainkan D4 sama dengan S1. Beberapa perusahaan telah mengetahui dan mengakui hal tersebut,seperti PLN dan Pertamina. Rencananya akan dibuka vokasi Master Terapan yang merupakan sekolah tingkat lanjut dari D4.
Acara ini dilanjutkan dengan sesi tanya jawab oleh warga jurusan Teknik Telekomunikasi dan Multimedia Broadcasting PENS dengan Bapak Arifin ST,MT selaku narasumber.
T: (Afany Zeinata F 2D4TA)
“Jika dibuka jalur vokasi untuk master terapan akan memakai nama PENS atau nama lainnya?”
J:
“PENS belum boleh mendirikan vokasi master terapan (selalu dimentahkan oleh orang2 atas). Tapi tahun ini PENS tetap akan membukanya, awalnya akan belajar dari ITS terlebih dahulu, dengan harapan ITS bersedia membantu. Seharusnya ada empat jurusan untuk master terapan. Tapi untuk sementara ini hanya satu jurusan dulu. Staf pengajarnya belum boleh dari PENS. Jadi butuh bimbingan dulu baru nanti dilepas jika dinilai sudah mampu.
T: (Kiki 2D4TB)
“Bagaimana dengan mahasiswa yang saat masuk diterima oleh senat ITS, tidakkah saat keluar seharusnya juga dilepas oleh senat ITS?”
J:
“Seperti hal nya jembatan Suramadu, pembangunannya dibuka oleh presiden Megawati tapi diresmikan oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Jadi ini bukanlah suatu masalah jika mahasiswa yang awal masuknya diterima oleh senat ITS tapi saat lulus tidak dilepas oleh senat ITS lagi.
T:(Faiz 1 D4TA)
“Banyak mahasiswa baru 2011 ini beranggapan bahwa PENS adalah bagian dari ITS. Jika mereka mengetahui kondisi ini, maka bagaimana perasaan mereka? Dan bagaimana tindak lanjut manajemen?
J:
“Sejaih ini akan diberikan angket dan akan diutarakan saat sosialisasi sehingga kejadian ini tidak perlu dikhawatirkan. Terima kasih, hal ini merupakan masukan. Saya akan sampaikan kepada Pak Huda agar mengantisipasi dan merencanakan tindakan-tindakan selanjutnya.”
T:(Gigih 2 D4TA)
“Jika lepas dari ITS, bagaimana infrastruktur PENS? Apakah sudah dipikirkan opsi lain tentang nasib gedung PENS dari JICA dan tanah milik ITS ini?”
J:
“Jangan lupa kalau ITS milik negara. Negara mempunyai utusan untuk mengelolah aset negara. Tenang saja, tidak akan semudah itu untuk melepas gedung PENS yang telah dibangun dengan susah payah, begitulah yang disampaikan Pak Menteri (Bapak Nuh). Rencana ke depan (wacana), kalau PENS bisa berkembang nanti modelnya akan seperti UNAIR (ada kampus A,B, dst). Sejauh ini PENS sudah memperoleh lampu hijau untuk membangun gedung di belakang gedung lama(gedung D3) dan membangun lahan parkir. Memang banyak yang ingin mengklaim gedung PENS karena bangunannya kuat dan diawasi langsung oleh JICA selama proses pembangunannya. “
T:
“Apakah akan didirikan program diploma 4 untuk prodi MMB?”
J:
“Menurut pendirinya (Bapak Nonot), MMB semestinya membidangi instrumentasi saja, tidak boleh menjarah jurusan Teknik Telekomunikasi. Tapi seiring perkembangan jaman, semakin banyak yang dipelajari mahasiswa MMB sehingga sekarang sedikit overlap. MMB sekarang juga ingin mempelajari TV. Tapi ini bukanlah masalah, teknologi kan tidak ada batasnya. Rencana ke depannya memang akan didirikan program diploma 4, sementara sejauh ini mahasiswa MMB bisa lanjut jenjang ke D4 teknik Telekomunikasi.”
T:
“Apa ke depannya nanti PENS masih spesialisasi di bidang elektronika saja atau kah akan membuka cabang lain seperti halnya Polinema?”
J:
“Cita-citanya segala sesuatu yang berkaitan dengan elektronika akan dipegang oleh politeknik,hal ini juga disetujui oleh JICA. Di Jakarta pun, segala sesuatu yang berhubungan dengan elektro akan dilarikan ke sini, misalnya seperti trainning-trainning. Kiblat politeknik elektronika akan dilarikan ke PENS. Mudah-mudahan ke depannya tidak dibuka jurusan lain karena jurusan elektronika itu mudah.”
T:
“Apakah alumni PENS boleh lintas jalur ke ITS?”
J:
“Secara aturan, yang masih bertahan memakain sistem lintas jalur hanya ITS saja. Di Unibraw hanya lingkup kecil saja. Saya yakin meski PENS lepas dari ITS, alumninya masih diperbolehkan lintas jalur ke ITS karena peminat lintas jalur terbesar di ITS adalah dari poltek.”
T:
“Bagaimana dengan mata kuliah agama, selama ini kan pengajar berasal dari ITS?”
J:
“Masalah ini sudah dipikirkan, kita memang tidak diperbolehkan merekrut  dosen MKDU agama dan KWN. Tapi tenang saja, tidak semua dosen PENSmemeluk agama islam, jadi nanti bisa dibicarakan bagaimana menjalankan keyakinannya di PENS. Soal dana pasti akan disediakan.”
T:
“Apakah setelah pisah dari ITS, mahasiswa PENS akan mendapatkan banyak kesempatan untuk memperoleh beasiswa?”
J:
“Dari tahun ke tahun beasiswa PENS tidak pernah berkurang tapi jumlah mahasiswa PENS yang selalu bertambah. Jurusan teknik Telekomunikasi sendiri memperoleh jatah 89 beasiswa terdiri atas beasiswa PPA,BBM,SUPERSEMAR,ASTRA(untuk kalangan tertentu) dll yang jumlahnya sekitar 400an. Sedangkan prodi MMB sekitar 30an.

Di akhir acara Bapak Arifin ST,MT berpesan agar mahasiswa jurusan Teknik Telekomunikasi dan Multimedia Broadcasting tidak terpancing isu-isu. Selama ini proses belajar mengajar di PENS sangat kondusif. PENS akan menjadi besar dari sekarang, kalau tidak sekarang kapan lagi?
Surabaya, 17 Juni 2011
Penulis : Oneda (2 D4 Teknik Telkom A)

3 komentar:

  1. sipp mb.. thx inponya.. aku kmaren g sempet ikut jd tau sekarang isi dari open talknya. :)

    BalasHapus
  2. matur suwun sa'derenge, niki isinipun asli nopo wonten tambahan2

    BalasHapus
  3. masih ada kesalahan penulisan,,,,dan terkesan kurang dinamis dalam mengolah kata,,,,lek isine aku wes ngerti kaet ndisek sak durunge lulus (tahun 2008),,,,hehhehehehe

    BalasHapus